
Saat di halaman Lapas Fakfak, Aisyah Mosmafa, menegaskan akan tetap mempersoalkan masalah yang dialaminya. “Lebih cepat, lebih baik, ataukah mau dilanjutkan,” demikian Aisyah, senada yang disampaikannya kepada Jaksa beberapa hari sebelum bebas.
Selain itu, Aisyah sangat menyesalkan sikap Polisi selama penanganan kasusnya. Padahal, selama ini dirinya telah menunjukkan sikap kooperatif terhadap Polisi. Termasuk pernah melindungi oknum-oknum aparat Polisi Kaimana yang berlaku asusila, selingkuh, bermain judi, sabung ayam dam mabuk. Aisyah juga pernah menolong oknum aparat Polisi yang terluka karena ditusuk pisau istri sendiri karena ketahuan selingkuh dengan pramuria. Juga pernah mengamankan kendaraan roda dua milik Polisi yang parkir di halaman salah satu bar/rumah minum di Kaimana sepanjang malam sementara pemiliknya masih asyik selingkuh. Aisyah masih merahasiakan nama oknum-oknum aparat Polisi ini.

Aisyah juga merasa diperlakukan tidak adil dan sewenang-wenang oleh Polisi saat penangkapannya tanggal 17 Maret 2009 lalu. “Jangan seret saya, tembak saja saya di sini!” katanya saat digelandang Polisi ke sel. Aisyah dibentak diam oleh aparat Polisi saat memprotes penahanannya hari itu, dengan alasan suaranya akan terdengar warga sekitar. Sebelum 10 (sepuluh) hari penahanannya, jaminan penangguhan penahanan untuk Aisyah dari Ketua Partai PPP Kaimana, tidak digubris Polisi. Disampaikan Aisyah, Polisi beralasan, Kapolda Papua yang tanda tangani penahanannya sehingga dirinya tidak diizinkan keluar sel Polisi. Saat pemberangkatannya dari Kaimana ke Fakfak, Polisi masih melarangnya tampil di muka umum, dengan alasan nanti dilihat Kapolres.
Aisyah juga menyesalkan liputan media massa terhadap kasusnya. Beberapa wartawan hanya sampai di ruang Reskrim Polres Kaimana. Padahal, Aisyah sudah berupaya menghubungi wartawan. Wartawan yang meliput juga tidak menyiarkan beritanya.
(Alex Tethool, HMS-Fakfak)
No comments:
Post a Comment