Tuesday, July 7, 2009

Asia Pacific Village : Keberagaman Menyatukan Kita!

Jakarta (6 July 2009) - Asia Pacific Village merupakan sebuah terobosan penting di 9th International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (9th ICAAP), Nusa Dua, Bali, Indonesia. Acara ini digelar untuk memfasilitasi berbagai aspek dan persoalan masyarakat sipil, sekaligus untuk membangun kegiatan bersama antara kampanye AIDS dan seni pertunjukan.Fakfak_HMS_ICAP_IX

Bertempat di lantai dasar Bali International Convention Center (BICC), Asia Pacific Village akan digelar pada 10 – 12 Agustus 2009, pukul 09.00-18.00 WITA. Asia Pacific Village dibuka untuk umum dengan tujuan menggugah pemikiran serta menarik perhatian publik melalui diskusi interaktif, kampanye media, serta pertunjukan seni dan budaya.



Sekitar 15  negara menyatakan akan ambil bagian dalam Asia Pacific Village, yaitu Australia, Bangladesh, China, Fiji, India, Jepang, Malaysia, Myanmar, Pakistan, Papua New Guinea, Samoa, Swiss, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Mereka akan menampilkan berbagai tarian tradisional dan kontemporer, drama, serta berbagai  kegiatan interaktif tradisional lainnya.

”Melalui Asia Pacific Village, kesadaran dan pemahaman masyarakat akan keberagaman budaya di wilayah Asia Pasifik diharapkan dapat meningkat. Sekaligus juga memperkenalkan pada publik bagaimana suatu keberagaman budaya mampu menciptakan kesatuan,” jelas Prof. Dr. D.N. Wirawan, MPH, Co-Chair II yang membawahi kegiatan Asia Pacific Village.

Mengusung konsep ’Kampung Bali’, Asia Pacific Village menerjemahkan tema utama 9th ICAAP, ’Memberdayakan Manusia, Memperkuat Jejaring’ dalam sebuah suasana menyenangkan. ”Wahana ini berfungsi sebagai tempat kita merayakan keberagaman, sekaligus berinteraksi dan terlibat secara pribadi, saling berbagi dan bertukar pengalaman, pengetahuan dan keahlian, membangun koalisi, dan mempromosikan pembelajaran interaktif antarsesama komunitas yang hidup dan terdampak HIV dan AIDS, termasuk juga para pengambil kebijakan, peneliti serta kelompok lainnya,” tambah Prof. Dr. D.N. Wirawan, MPH.

Inti dari Asia Pacific Village adalah sarana ruang dialog komunitas ‘Wantilan’ yang terletak tepat di sudut aula Asia Pacific Village. Ruang dialog komunitas ‘Wantilan’ mendapat dukungan dari UNDP bersama Global Fund dan mereka sekaligus akan menjadi tuan rumah dalam sesi dialog ”Bertemu Dengan Para Pemimpin” yang mengusung tema ”Sistem PBB dan Masyarakat Sipil Dalam Menanggulangi AIDS” serta ”Institusi Keuangan & Masyarakat Sipil”.  Di tempat yang sama, juga akan berlangsung sesi pertukaran pengalaman dari beberapa organisasi pemenang Penghargaan Pita Merah (Red Ribbon Award), yaitu sebuah penghargaan yang diberikan kepada berbagai komunitas terbaik di bidang penyediaan akses layanan serta pengobatan dan dukungan bagi Orang Dengan HIV. Selain itu, penghargaan ini juga diberikan pada mereka yang  memperjuangkan hak asasi manusia serta mereka yang menyediakan dukungan bagi anak-anak yang menjadi yatim piatu karena AIDS.

Ruang dialog komunitas ini telah dipraktekkan di berbagai negara. Yang unik sarana ini selalu menggunakan nama lokal di masing-masing negara. Pada 8th ICAAP di Colombo, sarana Ruang Dialog Komunitas ini bernama Praja Shalava. Sementara pada Kongres Internasional AIDS ke-17, digunakan nama Tequino, sebuah kata dari bahasa Zapotec yang bermakna ‘bekerja-sama’ serta ’mengatur komunitas menuju tujuan yang sama’. Dalam 9th ICAAP ini nama Wantilan sengaja dipilih untuk menghormati tradisi Bali. Wantilan, yang dalam bahasa Bali berarti balai desa, merupakan tempat bagi warga desa untuk berkumpul, membahas berbagai aspek kehidupan mereka: dari piodalan (upacara ulang tahun pura), ngaben (kremasi), pertanian, pengaturan subak (sistem irigasi tradisional) hingga pemilihan kepala desa. Di tempat inilah warga desa berkumpul untuk mengambil keputusan.

Rangkaian pertunjukan kebudayaan akan digelar di panggung mini yang terletak di Wantilan.  Sekitar 27 organisasi, LSM dan kelompok komunitas yang bergerak di bidang penanggulangan AIDS dari seluruh kawasan Asia dan Pasifik akan memamerkan hasil budaya dan kesenian etnis mereka sekaligus menunjukkan kegiatan-kegiatan organisasi mereka.

Selama 9th ICAAP berlangsung, di depan ruang dialog komunitas ‘Wantilan’, juga akan diselenggarakan pameran foto bertajuk ‘Access to Life’ (A2L), sebuah proyek kolaborasi antara GF-ATM dengan Magnum Photos. Pameran ini bertujuan mendokumentasikan dampak pengobatan antiretroviral terhadap jutaan penderita AIDS di seluruh dunia.

Di sudut lain Asia Pacific Village, terdapat ruang khusus bagi para remaja yang disebut ‘Sudut Remaja’. Ruang ini disediakan untuk networking serta kegiatan lain seperti lokakarya, drama, rapat terbatas dan pameran. Keterlibatan para peserta remaja tersebut diharapkan dapat mendorong tokoh-tokoh penting di bidang HIV dan AIDS untuk memberi dukungan lebih besar pada program-program remaja.

Tepat di sebelah Sudut Remaja, terdapat area ‘Jejaring Komunitas’ - tempat dimana individu-individu lokal dan internasional dapat berkumpul untuk merencanakan dan melakukan kolaborasi serta membuat program mengenai berbagai topik. Dalam ruang ini akan dipamerkan program-program organisasi komunitas lokal (ODHIV, pengguna narkoba suntik, antar iman, pekerja seks, waria ) untuk mengupayakan peningkatan jangkauan serta pemahaman tentang situasi epidemik HIV dan AIDS.

Sebuah area santai akan disediakan bagi peserta untuk sejenak melepas ketegangan dari acara utama kongres. Peserta bisa menikmati pijat khas Bali, kepang rambut, hingga pemasangan tatto0 non-permanen.

No comments: