Monday, August 24, 2009
Stigma Justru Menghancurkan Upaya Pencegahan HIV/AIDS
Tren penyebaran HIV/AIDS terus meningkat, jumlah pengidap virus ini pun kian besar dari tahun ke tahun, yang sebagian besar perempuan. Berbagai upaya pencegahan dilakukan, baik oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat di berbagai negara. Beragam forum tingkat dunia pun digelar, seperti Kongres Internasional AIDS se-Asia-Pasifik ke-9 di Nusa Dua, Bali, awal Agustus lalu. Namun, banyak masalah besar masih menghadang. “Kendala terbesar lainnya adalah kita kerap berpikir memperlakukan penderita HIV/AIDS seperti orang yang kena kutukan,” kata Purnima Mane,pakar gender untuk isu-isu kesehatan, terutamaHIV/AIDS. Karena itu, ia menyarankan agar orang dengan HIV/AIDS dilindungi hukum sehingga mereka bisa hidup normal apa adanya Karier Purnima Mane di bidang pencegahan HIV/AIDS cukup panjang sebelum menjabat Wakil Direktur Eksekutif United Nations Population Fund (UNFPA) sejak 2007. Ia penyandang gelar doktor ilmu sosial dari Tata Institute of Social Science, Mumbai, India. Selama 12 tahun, Purnima menjadi guru besar di almamaternya sebelum hijrah ke Program AIDS Dunia di Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa pada 1994. Di Badan AIDS Dunia (UNAIDS), Purnima untuk pertama kalinya memelopori kajian gender dan AIDS hingga mencapai posisi manajer eksekutif pada 1999. Pada tahun yang sama, ia lantas pindah ke Dewan Kependudukan Dunia dan Dana Dunia untuk memerangi AIDS di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat. Pada 2004, Purnima “pulang kandang” ke UNAIDS. Kali ini posisinya Direktur Kebijakan, Kesaksian, dan Kerja Sama. Ia juga menulis dan menerbitkan buku-buku, termasuk buku tentang aspek-aspek sosial dan budaya AIDS di India. Purnima juga membidani kelahiran jurnal Budaya, Kesehatan, dan Seksualitas.
Selasa dua pekan silam, penasihat khusus gender dan HIV/AIDS Sekretaris Jenderal
PBB Ban Ki-moon ini menerima Andree Priyanto dan Rofiqi Hasan dari Tempo untuk sebuah wawancara khusus di sela- sela kesibukannya mengikuti Kongres Internasional AIDS se-Asia-Pasifik ke-9 di Nusa Dua, Bali, yang bertema “Empowering People, Strengthening Networks”
Silahkan unduh wawancara lengkap (pdf file) koran tempo dengan Purmina Mane pada link di bawah ini
koran tempo - Upaya pencegahan HIV AIDS
Stigma Justru Menghancurkan Upaya Pencegahan HIV/AIDS
Tren penyebaran HIV/AIDS terus meningkat, jumlah pengidap virus ini pun kian besar dari tahun ke tahun, yang sebagian besar perempuan. Berbagai upaya pencegahan dilakukan, baik oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat di berbagai negara. Beragam forum tingkat dunia pun digelar, seperti Kongres Internasional AIDS se-Asia-Pasifik ke-9 di Nusa Dua, Bali, awal Agustus lalu. Namun, banyak masalah besar masih menghadang. “Kendala terbesar lainnya adalah kita kerap berpikir memperlakukan penderita HIV/AIDS seperti orang yang kena kutukan,” kata Purnima Mane,pakar gender untuk isu-isu kesehatan, terutamaHIV/AIDS. Karena itu, ia menyarankan agar orang dengan HIV/AIDS dilindungi hukum sehingga mereka bisa hidup normal apa adanya Karier Purnima Mane di bidang pencegahan HIV/AIDS cukup panjang sebelum menjabat Wakil Direktur Eksekutif United Nations Population Fund (UNFPA) sejak 2007. Ia penyandang gelar doktor ilmu sosial dari Tata Institute of Social Science, Mumbai, India. Selama 12 tahun, Purnima menjadi guru besar di almamaternya sebelum hijrah ke Program AIDS Dunia di Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa pada 1994. Di Badan AIDS Dunia (UNAIDS), Purnima untuk pertama kalinya memelopori kajian gender dan AIDS hingga mencapai posisi manajer eksekutif pada 1999. Pada tahun yang sama, ia lantas pindah ke Dewan Kependudukan Dunia dan Dana Dunia untuk memerangi AIDS di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat. Pada 2004, Purnima “pulang kandang” ke UNAIDS. Kali ini posisinya Direktur Kebijakan, Kesaksian, dan Kerja Sama. Ia juga menulis dan menerbitkan buku-buku, termasuk buku tentang aspek-aspek sosial dan budaya AIDS di India. Purnima juga membidani kelahiran jurnal Budaya, Kesehatan, dan Seksualitas.
Selasa dua pekan silam, penasihat khusus gender dan HIV/AIDS Sekretaris Jenderal
PBB Ban Ki-moon ini menerima Andree Priyanto dan Rofiqi Hasan dari Tempo untuk sebuah wawancara khusus di sela- sela kesibukannya mengikuti Kongres Internasional AIDS se-Asia-Pasifik ke-9 di Nusa Dua, Bali, yang bertema “Empowering People, Strengthening Networks”
Silahkan unduh wawancara lengkap (pdf file) koran tempo dengan Purmina Mane pada link di bawah ini
koran tempo - Upaya pencegahan HIV AIDS
Sunday, August 23, 2009
Kasus Penembakan di Freeport Agustus 2009
Silahkan klik gambar di bawah untuk melihat klippingnya
Untuk versi lengkap tentang kronologis penembakan di freeport selama bulan Juli-Agustus 2009, silahkan unduh file pdf pada link berikut (kami ambil dari halaman depan koran tempo, tanggal 24 agustus 2009)
Polisi Selidiki Pemasok Amunisi PINDAD di Papua
Kasus Penembakan di Freeport Agustus 2009
Silahkan klik gambar di bawah untuk melihat klippingnya
Untuk versi lengkap tentang kronologis penembakan di freeport selama bulan Juli-Agustus 2009, silahkan unduh file pdf pada link berikut (kami ambil dari halaman depan koran tempo, tanggal 24 agustus 2009)
Polisi Selidiki Pemasok Amunisi PINDAD di Papua
Tuesday, August 18, 2009
Konferensi Press Poros Pembaharuan
Belasan Partai Politik di Fakfak membentuk aliansi Poros Pembaharuan untuk mencalonkan pasangan Bupati/Wakil bupati Fakfak saat Pilkada 2010 mendatang.
Saat konferensi pers pekan ini di Hotel Grand Papua Fakfak, Ketua Poros Pembaharuan, Edwin Rumatora, menyampaikan aliansi ini dibentuk untuk menengahi banyak persoalan yang tidak selesai pasca Pemilu Legislatif lalu, dan juga mengantisipasi kemungkinan konflik politik menjelang Pilkada 2010.
Menurut Edwin, sebelum Pilkada 2010, Poros Pembaharuan akan berupaya merebut kursi pimpinan DPRD Fakfak, alasannya, dalam aliansi ini, terdapat 5 partai politik yang terhitung memperoleh kursi DPRD Fakfak hasil pemilu 2009. Sementara itu, Cliford Hendrik Ndandarmana, Ketua Partai Amanat Nasional Kab. Fakfak menambahkan, Poros Pembaharuan sudah siap mencalonkan Wakil Bupati Fakfak, sedangkan calon wakil bupati terbuka bagi calon dari luar aliansi.
(Alex Tethool, HMS Fakfak)
Konferensi Press Poros Pembaharuan
Belasan Partai Politik di Fakfak membentuk aliansi Poros Pembaharuan untuk mencalonkan pasangan Bupati/Wakil bupati Fakfak saat Pilkada 2010 mendatang.
Saat konferensi pers pekan ini di Hotel Grand Papua Fakfak, Ketua Poros Pembaharuan, Edwin Rumatora, menyampaikan aliansi ini dibentuk untuk menengahi banyak persoalan yang tidak selesai pasca Pemilu Legislatif lalu, dan juga mengantisipasi kemungkinan konflik politik menjelang Pilkada 2010.Menurut Edwin, sebelum Pilkada 2010, Poros Pembaharuan akan berupaya merebut kursi pimpinan DPRD Fakfak, alasannya, dalam aliansi ini, terdapat 5 partai politik yang terhitung memperoleh kursi DPRD Fakfak hasil pemilu 2009. Sementara itu, Cliford Hendrik Ndandarmana, Ketua Partai Amanat Nasional Kab. Fakfak menambahkan, Poros Pembaharuan sudah siap mencalonkan Wakil Bupati Fakfak, sedangkan calon wakil bupati terbuka bagi calon dari luar aliansi.
(Alex Tethool, HMS Fakfak)
Prosesi Adat Pasangan Calon Bupati/Wabup Fakfak
Saat ini di Fakfak terdapat tiga pasangan bakal calon Bupati/Wabup Fakfak.
Belum lama ini, dilakukan prosesi adat salah satu pasangan. Said Hindom dan Ali Baham Temongmere, akan maju dalam Pilkada Fakfak 2010 nanti.
Banyak tokoh-tokoh adat dan warga diundang dalam prosesi ini, termasuk seluruh pimpinan SKPD dan pejabat-pejabat lainnya. Said Hindom dan Ali Baham, masing-masing saat ini masih menjabat sebagai Wakil Bupati dan Kepala Bapeda Fakfak.
Dalam kesempatan prosesi adat ini, puluhan kalender alat peraga kampanye dibagi-bagikan kepada warga yang datang. Sebelumnya, dalam suatu kesempatan di kota Makassar Sulawesi Selatan bulan Juli lalu, Said Hindom telah menyatakan kesiapannya mencalonkan diri sebagai Bupati Fakfak, didampingi Ketua Bapeda Fakfak Ali Baham Temongmere.
(Alex Tethool, HMS Fakfak)
Prosesi Adat Pasangan Calon Bupati/Wabup Fakfak
Saat ini di Fakfak terdapat tiga pasangan bakal calon Bupati/Wabup Fakfak.
Belum lama ini, dilakukan prosesi adat salah satu pasangan. Said Hindom dan Ali Baham Temongmere, akan maju dalam Pilkada Fakfak 2010 nanti. Banyak tokoh-tokoh adat dan warga diundang dalam prosesi ini, termasuk seluruh pimpinan SKPD dan pejabat-pejabat lainnya. Said Hindom dan Ali Baham, masing-masing saat ini masih menjabat sebagai Wakil Bupati dan Kepala Bapeda Fakfak.
Dalam kesempatan prosesi adat ini, puluhan kalender alat peraga kampanye dibagi-bagikan kepada warga yang datang. Sebelumnya, dalam suatu kesempatan di kota Makassar Sulawesi Selatan bulan Juli lalu, Said Hindom telah menyatakan kesiapannya mencalonkan diri sebagai Bupati Fakfak, didampingi Ketua Bapeda Fakfak Ali Baham Temongmere.
(Alex Tethool, HMS Fakfak)
Mencari Keadilan di Pengadilan
Sejumlah tahanan di Lapas Fakfak mengungkap upaya pemerasan oleh Jaksa. Aisyah Mosmafa, salah satu tahanan Lapas, menyampaikan dirinya dimintai uang sejumlah Rp 10 juta oleh Jaksa Penuntut kasusnya, sebelum tuntutan dibacakan dalam rencana sidang berikutnya.
Aisyah curiga, sidang pembacaan tuntutan kasusnya tertunda beberapa kali ini karena dirinya belum memenuhi permintaan Jaksa. Rencana sidang tuntutannya hari itu, Rabu (03/06) lalu, tertunda lagi tanpa alasan yang jelas. Hakim Pengadilan Negeri Fakfak menyuruh pulang Aisyah dan terdakwa lainnya, kembali ke Lapas Fakfak.
Selain Aisyah Mosmafa, beberapa tahanan lain juga mengaku diperas Jaksa. Sidang tuntutan mereka juga tertunda lebih dari dua kali.
Sementara itu, pihak Kejaksaan Negeri Fakfak menyangkal dugaan pemerasan oleh oknum Jaksa terhadap tahanan Lapas Fakfak. Di hadapan wartawan yang menemui Kepala Kejaksaan Negeri Fakfak, Nikolaus Kondomo, SH, Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Fakfak, Muhammad Fatin, menyangkal dugaan kejahatan yang dilakukan stafnya. “Tidak ada sedikitpun biaya sebelum tuntutan, biaya perkara termasuk amar putusan dan biasanya disampaikan pada pembacaan putusan, itupun hanya beberapa ribu rupiah!” demikian Fatin. Menurut Fatin, Jaksa Penuntut tidak dengan sengaja menunda-nunda pembacaan tuntutan, karena kasus Aisyah terkait politik.
Lebih jauh, Jaksa Sugiharto, yang diduga melakukan pemerasan terhadap tahanan Lapas, menuduh wartawan di Fakfak mencemarkan nama baiknya. Menurut Sugiharto, justeru terdakwa Aisyah Mosmafa yang meminta jaksa membantu perlancar persidangan kasusnya. Ditambahkan Sugiharto, sidang tuntutan Aisyah yang ditunda beberapa kali bukan karena belum berhasil mendapat uang dari terdakwa, tapi karena dirinya masih baru dalam tugas sebagai Jaksa, dan masih mempelajari kasus Aisyah secara saksama.
(Alex Tehool,HMS Fakfak)
Mencari Keadilan di Pengadilan
Sejumlah tahanan di Lapas Fakfak mengungkap upaya pemerasan oleh Jaksa. Aisyah Mosmafa, salah satu tahanan Lapas, menyampaikan dirinya dimintai uang sejumlah Rp 10 juta oleh Jaksa Penuntut kasusnya, sebelum tuntutan dibacakan dalam rencana sidang berikutnya.
Aisyah curiga, sidang pembacaan tuntutan kasusnya tertunda beberapa kali ini karena dirinya belum memenuhi permintaan Jaksa. Rencana sidang tuntutannya hari itu, Rabu (03/06) lalu, tertunda lagi tanpa alasan yang jelas. Hakim Pengadilan Negeri Fakfak menyuruh pulang Aisyah dan terdakwa lainnya, kembali ke Lapas Fakfak.
Selain Aisyah Mosmafa, beberapa tahanan lain juga mengaku diperas Jaksa. Sidang tuntutan mereka juga tertunda lebih dari dua kali.
Sementara itu, pihak Kejaksaan Negeri Fakfak menyangkal dugaan pemerasan oleh oknum Jaksa terhadap tahanan Lapas Fakfak. Di hadapan wartawan yang menemui Kepala Kejaksaan Negeri Fakfak, Nikolaus Kondomo, SH, Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Fakfak, Muhammad Fatin, menyangkal dugaan kejahatan yang dilakukan stafnya. “Tidak ada sedikitpun biaya sebelum tuntutan, biaya perkara termasuk amar putusan dan biasanya disampaikan pada pembacaan putusan, itupun hanya beberapa ribu rupiah!” demikian Fatin. Menurut Fatin, Jaksa Penuntut tidak dengan sengaja menunda-nunda pembacaan tuntutan, karena kasus Aisyah terkait politik.
Lebih jauh, Jaksa Sugiharto, yang diduga melakukan pemerasan terhadap tahanan Lapas, menuduh wartawan di Fakfak mencemarkan nama baiknya. Menurut Sugiharto, justeru terdakwa Aisyah Mosmafa yang meminta jaksa membantu perlancar persidangan kasusnya. Ditambahkan Sugiharto, sidang tuntutan Aisyah yang ditunda beberapa kali bukan karena belum berhasil mendapat uang dari terdakwa, tapi karena dirinya masih baru dalam tugas sebagai Jaksa, dan masih mempelajari kasus Aisyah secara saksama.
(Alex Tehool,HMS Fakfak)
Aisyah Mosmafa Tinggalkan Lapas Fakfak
Aisyah Mosmafa, terpidana kasus pemukulan Ketua KPUD Kaimana, bebas dari tahanan Lapas Fakfak, Sabtu (01/08). Aisyah resmi dijebloskan ke dalam sel pada Juni 2009 lalu, dan menjalani masa tahanan Lapas selama sekitar 2 bulan ini. Sebelumnya Aisyah ditangkap aparat Polisi di Kaimana, setelah memukul jatuh Zakarias Fenetiruma, Ketua KPUD Kaimana, usai Deklarasi Kampanye Damai dan Pembukaan Masa Kampanye Pemilu Legislatif 2009, tanggal 16 Maret, di Lapangan Taman Kota Kaimana.
Saat di halaman Lapas Fakfak, Aisyah Mosmafa, menegaskan akan tetap mempersoalkan masalah yang dialaminya. “Lebih cepat, lebih baik, ataukah mau dilanjutkan,” demikian Aisyah, senada yang disampaikannya kepada Jaksa beberapa hari sebelum bebas.
Selain itu, Aisyah sangat menyesalkan sikap Polisi selama penanganan kasusnya. Padahal, selama ini dirinya telah menunjukkan sikap kooperatif terhadap Polisi. Termasuk pernah melindungi oknum-oknum aparat Polisi Kaimana yang berlaku asusila, selingkuh, bermain judi, sabung ayam dam mabuk. Aisyah juga pernah menolong oknum aparat Polisi yang terluka karena ditusuk pisau istri sendiri karena ketahuan selingkuh dengan pramuria. Juga pernah mengamankan kendaraan roda dua milik Polisi yang parkir di halaman salah satu bar/rumah minum di Kaimana sepanjang malam sementara pemiliknya masih asyik selingkuh. Aisyah masih merahasiakan nama oknum-oknum aparat Polisi ini.
Aisyah Mosmafa Tinggalkan Lapas Fakfak
Melanjutkan tulisan kami sebelumnya tentang seputar pemilu-kasus pemukulan ketua KPUD Kaimana, maka ikami lanjutkan berita mengenai Aisyah Mosmafa (terdakwa kasus pemukulan tersebut).
Aisyah Mosmafa, terpidana kasus pemukulan Ketua KPUD Kaimana, bebas dari tahanan Lapas Fakfak, Sabtu (01/08). Aisyah resmi dijebloskan ke dalam sel pada Juni 2009 lalu, dan menjalani masa tahanan Lapas selama sekitar 2 bulan ini. Sebelumnya Aisyah ditangkap aparat Polisi di Kaimana, setelah memukul jatuh Zakarias Fenetiruma, Ketua KPUD Kaimana, usai Deklarasi Kampanye Damai dan Pembukaan Masa Kampanye Pemilu Legislatif 2009, tanggal 16 Maret, di Lapangan Taman Kota Kaimana.
Saat di halaman Lapas Fakfak, Aisyah Mosmafa, menegaskan akan tetap mempersoalkan masalah yang dialaminya. “Lebih cepat, lebih baik, ataukah mau dilanjutkan,” demikian Aisyah, senada yang disampaikannya kepada Jaksa beberapa hari sebelum bebas.
Selain itu, Aisyah sangat menyesalkan sikap Polisi selama penanganan kasusnya. Padahal, selama ini dirinya telah menunjukkan sikap kooperatif terhadap Polisi. Termasuk pernah melindungi oknum-oknum aparat Polisi Kaimana yang berlaku asusila, selingkuh, bermain judi, sabung ayam dam mabuk. Aisyah juga pernah menolong oknum aparat Polisi yang terluka karena ditusuk pisau istri sendiri karena ketahuan selingkuh dengan pramuria. Juga pernah mengamankan kendaraan roda dua milik Polisi yang parkir di halaman salah satu bar/rumah minum di Kaimana sepanjang malam sementara pemiliknya masih asyik selingkuh. Aisyah masih merahasiakan nama oknum-oknum aparat Polisi ini.
Pada 2003 lalu, Aisyah Mosmafa salah satu peserta Sosialisasi Undang-Undang terpadu Persiapan Kaimana Kabupaten Definitif 2004. Dari 275 peserta, Aisyah mendapat kepercayaan dari Kapolda Papua untuk mendukung kinerja Polisi di Kaimana. Surat Mandat dimaksud diserahkan Sitanggang, Kapolsek Kaimana saat itu, di Kamar No. 11 Hotel Bicari Kaimana.
Aisyah juga merasa diperlakukan tidak adil dan sewenang-wenang oleh Polisi saat penangkapannya tanggal 17 Maret 2009 lalu. “Jangan seret saya, tembak saja saya di sini!” katanya saat digelandang Polisi ke sel. Aisyah dibentak diam oleh aparat Polisi saat memprotes penahanannya hari itu, dengan alasan suaranya akan terdengar warga sekitar. Sebelum 10 (sepuluh) hari penahanannya, jaminan penangguhan penahanan untuk Aisyah dari Ketua Partai PPP Kaimana, tidak digubris Polisi. Disampaikan Aisyah, Polisi beralasan, Kapolda Papua yang tanda tangani penahanannya sehingga dirinya tidak diizinkan keluar sel Polisi. Saat pemberangkatannya dari Kaimana ke Fakfak, Polisi masih melarangnya tampil di muka umum, dengan alasan nanti dilihat Kapolres.
Aisyah juga menyesalkan liputan media massa terhadap kasusnya. Beberapa wartawan hanya sampai di ruang Reskrim Polres Kaimana. Padahal, Aisyah sudah berupaya menghubungi wartawan. Wartawan yang meliput juga tidak menyiarkan beritanya.
(Alex Tethool, HMS-Fakfak)
Monday, August 3, 2009
Fenomena Ikan Segar di Fakfak
Orang Jepang yang dikenal sangat pandai itu ternyata banyak mengkonsumsi ikan rata-rata orang Jepang mengkonsumsi sekitar 110 Kg/Kapita/Tahun. Jadi rata-rata sekitar 9 Kg perbulan..nah bayangkan tuh...
Fenomena Ikan Segar di Fakfak
Orang Jepang yang dikenal sangat pandai itu ternyata banyak mengkonsumsi ikan rata-rata orang Jepang mengkonsumsi sekitar 110 Kg/Kapita/Tahun. Jadi rata-rata sekitar 9 Kg perbulan..nah bayangkan tuh...